Senin, 29 April 2013

Peluang Kewirausahaan


Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Misalnya, Richard Cantillon (1775) mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi, definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, Penrose (1963) berpendapat bahwa kegiatan kewirausahaan mencakup identifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi, sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas atau komponen fungsinya produksinya belum diketahui sepenuhnya. Dan menurut Peter Drucker, kewira-usahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Para wirausahawan mempunyai cara berfikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun dari luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘locus of controls’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of controls, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi, diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi dan keluarga.
Orientasi kewirausahaan menekankan pada peluang. “Saya akan mencari peluang, dan tugas administratif mendasar yang saya lakukan adalah mendapatkan sumber daya guna mengejar peluang tersebut.” Namun, seorang wirausahawan tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada (breaking new ground). Peluang juga dapat ditemukan melalui perpaduan dari ide-ide yang sudah ada atau di dalam aplikasi kreatif dari pendekatan-pendekatan tradisional. Tekanan-tekanan yang mencari peluang-peluang baru dipicu oleh peluang-peluang yang semakin menghilang. Tidak mungkin lagi meraih kesuksesan dengan hanya semata-mata menambahkan pilihan-pilihan baru terhadap produk-produk lama. Juga terjadinya perubahan yang cepat dalam bidang teknologi, selera pelanggan, nilai-nilai sosial, serta peran-peran politik.
Seorang wirausahawan tidak cukup hanya memiliki sifat kreatif dan inovatif, tetapi bersedia untuk mengambil tindakan dalam kerangka waktu yang sangat singkat serta memanfaatkan peluang dengan cepat. Barangkali tindakan yang diambil tidak selalu efektif, namun mereka mampu untuk mengikatkan diri dalam komitmen dengan cara-cara yang sedikit revolusioner. Hanya semata-mata berani mengambil resiko tidak akan berujung kepada kesuksesan. Faktor yang lebih penting bagi kesuksesan seorang wirausahawan adalah pengetahuannya seputar area yang menjadi wilayah operasinya. Karena telah akrab dengan lingkungan area yang dipilihnya, mereka memiliki kemampuan untuk mengenali pola-pola tertentu pada saat pola-pola tersebut terbentuk, serta keyakinan diri untuk menemukan elemen-elemen yang hilang.
Menurut Timmons, ciri peluang bisnis adalah atraktif, tahan lama, timing yang tepat, serta terkait dengan produk dan layanan yang menciptakan nilai bagi pelanggan atau pengguna akhir. Agar sebuah peluang memiliki ciri-ciri tersebut, maka window of opportunity harus terbuka untuk jangka waktu yang relatif lama, feasible, memberi keunggulan kompetitif, dan tentu saja menguntungkan dengan return yang menjanjikan. Wirausahawan adalah seorang yang optimis. Pada saat orang lain menganggap suatu hal sebagai masalah, maka seorang wirausahawan justru melihatnya sebagai sebuah peluang.
Beragam jenis peluang muncul sebagai hasil dari perubahan situasi, yang tidak jarang mengakibatkan kekacauan, kebingungan, persaingan, kesenjangan informasi dan pengetahuan, serta berbagai kekosongan lainnya dalam sebuah industri atau pasar. Kemampuan melihat peluang merupakan ketrampilan tersendiri, yang untuk menguasainya terntu saja diperlukan latihan secara terus-menerus. Dalam rangka melatih mental guna mengenali peluang-peluang bisnis yang ada, Anita Roddick, pendiri Body Shop Inc., menyarankan para calon wirausahawan untuk bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut.
1.      Produk apa atau layanan apa sajakah yang menjadikan kehidupan saya lebih mudah dan lebih menyenangkan?
2.      Apa yang membuat saya merasa jengkel dan marah?
3.      Produk atau layanan apa sajakah yang akan mampu mengatasi perasaan jengkel dan marah tersebut?
Dalam hal ini, Roddick mengisyaratkan bahwa salah satu cara paling mudah untuk mengenali peluang bisnis adalah dengan pertama-tama melihat kepada diri sendiri. Peluang inilah yang disebut oleh Marrioti, DeSalvo, dan Towle dengan peluang internal.
Marrioti dan kawan-kawan berpendapat bahwa kita bisa melatih fikiran kita untuk mengenali peluang yang ada dengan cara memikirkan empat akar peluang, yaitu:
a.      Masalah. Bisakah diciptakan sebuah bisnis yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh diri sendiri maupun oleh orang lain?
b.      Perubahan. Setiap perubahan dapat menciptakan peluang bisnis, seperti perubahan dalam peraturan, situasi, maupun trend.
c.       Penemuan. Walaupun tidak menemukan sesuatu, namun seorang calon wirausahawan dapat mencari cara yang kreatif untuk menjual atau memasarkan sebuah penemuan baru. Bahkan mungkin dapat menjadi orang pertama dalam komunitas yang membuat penemuan baru.
d.      Kompetisi. Jika tidak menemukan cara untuk mengalahkan pesaing, wirausahawan dapat menciptakan sebuah bisnis yang berhasil melalui produk dan layanan yang dimiliki. Dapatkah produk yang kita miliki dibuat lebih cepat, lebih murah, atau lebih andal?
Sejatinya peran dasar dari sebuah kewirausahaan adalah mengenali dan memanfaatkan peluang. Stevenson melihat peluang sebagai pengenalan dan pengakuan terhadap kondidi masa depan yang diharapkan melibatkan pertumbuhan atau perubahan. Disertai pula adanya keyakinan bahwa pencapaian kondisi tersebut memang memungkinkan.
Peluang diciptakan dan dibangun dengan menggunakan ide-ide serta kreativitas kewirausahaan. Ide-ide yang ada berinteraksi dengan dunia nyata serta kreativitas kewirausahaan pada suatu titik waktu. Hasil dari interkasi ini adalah sebuah peluang bisnis. Hanya seorang wirausahawan yang memiliki kredibilitas, kreativitas, serta berani mengambil keputusanlah yang dapat berhasil memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Candu kesuksesan melekat kepada ketajaman untuk selalu melihat dan ‘menerkam’ peluang. Seorang wirausahawan harus memiliki ketrampilan untuk melihat peluang-peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Namun, sekadar melihatnya saja tidak akan berarti apa-apa. Seorang wirausahawan harus berperan sebagai implementor, yaitu kemampuan untuk memberikan perhatian pada hal-hal rinci, berorientasi operasional, serta mengurusi perusahaan. Seorang wirausahawan tidak cukup hanya memiliki kreativitas dan inovasi. Ia harus memiliki komitmen, bersedia mengambil tindakan dalam kerangka waktu yang sangat singkat serta mengejar peluang dengan cepat.
Kebanyakan orang menganggap bahwa berwirausaha adalah hal yang sulit, benarkah demikian? Jika menurut sebagian besar orang menganggap bahwa menjadi seorang wirausahawan adalah yang sulit, mungkin memang benar. Akan tetapi, bagaimana dengan pendapat sedikit orang yang mengatakan bahwa berwirausaha adalah sesuatu hal yang mudah? Itu juga bisa jadi benar. Untuk menjelaskan kedua hal yang sangat berbeda tersebut, mari kita lihat contoh pengalaman berikut ini.
Pengalaman 1
Bambang adalah seorang anak yang pandai dalam hal berhitung. Menurutnya bahwa berhitung tidaklah sesulit seperti anggapan kebanyakan orang. Menurutnya, berhitung adalah hal yang mengasyikkan. Apakah rahasia Bambang si anak pandai berhitung ini? Tidak ada. Bambang hanya menguasai dan memahami konsep dasar dalam berhitung.

Pengalaman 2
Berbeda dengan Bambang, Budi justru sangat tidak menyukai berhitung. Bahkan menghitung angka sederhana pun dia tak mampu. Menurutnya berhitung adalah hal yang paling sulit di dunia. Mengapa? Karena Budi tidak paham akan konsep berhitung. Hanya itu. Budi tidak paham dengan konsep dalam berhitung.

Dari kedua contoh pengalaman di atas, kita dapat menyimpulakan bagaimana bisa ada dua pendapat yang sangat berlainan. Hal tersebut hanya karena masalah paham atau tidak paham dengan konsep berwirausaha.
Seorang wirausahawan harus dapat mempelajari dinamika kehidupan masyarakat dan menciptakan peluang, yaitu dengan cara mempelajari (SWOT):
1.      Adakah kekuatan (strength) yang mendukung usaha.
2.      Kelemahan (weakness) yang membatasi atau menghambat usaha.
3.      Dimana ada peluang (opportunity).
4.      Apa saja yang mengancam (thread) usaha.

Menurut Dr. D. J. Schwartz, ada 5 tata cara dalam memanfaatkan peluang bisnis, yaitu:
1.      Percaya dan yakin bahwa usaha bisa dilaksanakan
Mempunyai sikap optimis adalah suatu keharusan bagi seorang wirausahawan. Itu sebabnya seorang wirausahawan harus percaya dan yakin bahwa dirinya dapat dan mampu menjalankan atau melaksanakan sebuah usaha.
2.      Jangan hadiri lingkungan yang statis akan melumpuhkan pikiran wirausaha
Jangan sekali-sekali seorang wirausahawan muda dan baru dalam dunia kewirausahaan memasuki lingkungan yang dapat melumpuhkan pikiran wirausaha karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang enggan menjadi seorang wirausahawan adalah faktor lingkungan.
3.      Setiap hari bertanyalah pada diri sendiri ‘bagaimana saya dapat melakukan usaha dengan baik?’
Pertanyaan seperti itu bisa menjadi cambuk bagi seorang wirausahawan yang lalai dalam tugasnya. Jika terbiasa menanyakan pertanyaan retorik seperti di atas, maka wirausahawan tidak akan pernah lengah dalam menjalankan usahanya.
4.      Bertanyalah dan dengarkanlah
Sebagai seorang yang merasa punya segalanya setelah menjadi wirausahawan, terkadang seorang wirausahawan tidak pernah menanyakan kepada orang lain bagaimana pendapat mereka atau apa saran mereka agar usahanya tetap berkembang. Ada baiknya wirausahawan bertanya pendapat orang lain dan meminta kritik dan saran pada mereka agar usahanya tetap berkembang.
5.      Perluas pikiran anda
Cara ini berguna agar seorang wirausahawan tidak mempunyai pandangan yang sempit tentang suatu masalah sehingga membatasi kreativitasnya. Memperluas pikiran juga bisa menambah daya imajinasi yang akan berdampak pada kreativitas.
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.

Peluang Kewirausahaan di Indonesia
Pada tahun 2006, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM) menyerap 80% tenaga kerja serta menyumbang 62% dari PDB (di luar migas). Sekilas, data tersebut memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa.
Terlebih lagi ditambahkan dengan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) yang menunjukkan bahwa pada tahun yang sama, di Indonesia terdapat 19,3% penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam mengembangkan bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan). Ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah Philipina (20,4%) dan di atas China (16,2%) serta Singapura (4,9%).
Namun di sisi lain, data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan masih terdapat 11 juta penduduk Indonesia masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Fakta-fakta tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa kewirausahaan di Indonesia tidak dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kesejahteraan bangsa.
Padahal seorang pakar kewirausahaan, David McClelland mengatakan bahwa jika 2% saja penduduk sebuah negara terlibat aktif dalam kewirausahaan, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan sejahteran. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Profesor Edward Lazear dari Stanford University yang mengatakan bahwa wirausahawan adalah pelaku paling penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini.
Dengan adanya artikel tentang kewirausahaan di Indonesia, seharusnya masyarakat Indonesia lebih banyak yang tergugah untuk melakukan kegiatan kewirausahaan karena telah banyak orang lebih dulu sukses dalam berwirausaha. Sebenarnya, Indonesia adalah negara terkaya dan serba ada. Dan tugas kita sebagai penduduknya untuk mengolah dan memanfaatkan apa yang telah ada menjadi barang yang lebih berguna. Lebih menyukai produk dalam negeri daripada produk luar negeri akan membantu para wirausahawan dari dalam negeri.
Menurutku, peluang wirausaha di Indonesia lebih banyak daripada di negara lain. Negara kita adalah negara yang serba ada dan sumber daya manusianya juga tidak kekurangan daya imajinasi. Hanya niat dan tekad yang bulat yang kita butuhkan untuk menjadi seorang wirausaha.

Referensi:
4. http://bisnisdagangusaha.blogspot.com/2010/01/quo-vadis-kewirausahaan-di-indonesia.html#more

Minggu, 28 April 2013

Karakteristik Wirausaha



Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankankegiatan usahanya atau bisnisnya. Seorang wirausaha bebas merancang, menentukan, mengelola dan mengendalikan semua usahanya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, seorang wirausaha selalu meningkatkan usahanya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa henti karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya.
Pada hakekatnya, semua orang memiliki jiwa seorang wirausaha, yang artinya semua orang bisa menjadi wirausaha. Akan tetapi, tidak semua orang bisa menjadi wirausaha yang dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan sebagainya. Faktor ekonomi yang dapat menyebabkan seseorang tidak bisa menjadi seorang wirausaha dapat berupa ketidakadaannya dana untuk membangun sebuah usaha sehingga menghambat orang tersebut tidak berwirausaha. Faktor lingkungan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menjadi seorang wirausaha adalah karena masyarakat yang tidak mendukung berjalannya sebuah usaha yang dimiliki oleh orang tersebut. Faktor lain yang dapat menyebabkan orang tidak bisa menjadi wirausaha adalah faktor dari dalam diri orang tersebut, yang dapat berupa kurangnya minat atau keberanian dari dalam diri seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Karena untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus siap untuk gagal. Dan hal tersebutlah yang jarang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya.
Keengganan masyarakat untuk mendirikan sebuah usaha menjadikan mereka ketergantungan terhadap orang lain. Mereka lebih menyukai bekerja pada orang lain dan dibayar oleh orang lain daripada bekerja untuk diri sendiri dan mempekerjakan orang lain. Padahal, negara-negara berkembang seperti negara Indonesia sangat membutuhkan orang-orang yang mempunyai jiwa wirausaha untuk mengurangi masalah terbesar di Indonesia, yaitu pengangguran.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang wirausaha yang jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
1.      Memiliki Rasa Percaya Diri
Entah karena takut salah atau karena hal lain, masyarakat Indonesia masa kini menjadi tidak memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut terbukti saat mereka duduk dibangku pendidikan. Saat ditanya oleh guru atau dosen, jarang diantara mereka yang berinisiatif untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan sang guru. Bahkan beberapa diantara mereka lebih memilih ditunjuk daripada mengangkat tangan mereka.

2.      Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Maksudnya adalah seorang wirausaha harus mempunyai sikap tanggung jawab pada tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Ia juga harus bertanggung jawab pada hasil dari tugas yang dibebankannya. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia sangat sedikit yang memiliki sikap ini. Sebagian dari mereka menganggap enteng tugas-tugas yang dibebankan padanya. Misalnya saja, bila seorang mahasiswa diberi tugas yang akan dikumpulkan sampai hari Senin, ia akan mengumpulkan tugasnya pada hari Minggu atau bahkan hari Senin.

3.      Berani Mengambil Resiko
Sebagai wirausaha yang baru, seseorang haruslah berani mengambil resiko dan  menghadapi resiko apapun terhadap langkah yang telah diambilnya.  Seseorang pernah berkata bahwa kita tidak akan pernah memulai sesuatu jika belum pernah mengalami kegagalan.
Richard Cantillon adalah orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18. Ia mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Dalam mengambil tindakan, wirausaha hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaan-nya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, yang artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, ‘seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan menang dengan cara yang baik. Wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah. Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena dianggap tidak ada tantangannya, dan menghindari situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil.

4.      Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk memimpin anak-anak buahnya atau pegawainya. Seseorang tidak akan bisa menjadi seorang wirausaha bila ia tidak bisa memimpin, baik memimpin diri sendiri maupun memimpin orang lain.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk-produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan. Seorang wirausaha juga harus memiliki taktik mediator dan negosiator daripada diktator.

5.      Keorisinilan
Keorisinilan atau keaslian maksudnya bahwa orang yang ingin menjadi wirausaha mempunyai ide-ide kreatif yang asli dan murni dari dirinya, bukan dari orang lain atau hasil dari plagiarism. Namun sayangnya, kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini tak mau berfikir dan mengemukakan pendapatnya kepada orang lain. Dan karena hal tersebut, kebanyakan masyarakat saat ini lebih menyukai menjiplak pendapat orang lain dan yang lebih parahnya lagi, mereka bisa mengatasnamakan jiplakannya tersebut sebagai hasil karyanya.

6.      Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha harus mempunyai pandangan tentang masa depannya dan sangat bertekad untuk meraih kesuksesan di masa depan. Seorang wirausaha haruslah bisa memprediksi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang sangat dibutuhkan oleh mangsa pasarnya di kemudian hari, tidak stuck hanya memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
Seorang wirausaha hendaknya harus mampu menatap masa depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan resiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dan tekun dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan di masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu, ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

7.      Jujur dan Tekun
‘Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci kesuksesan,’ begitulah pepatah mengatakan. Ternyata untuk menjadi seorang wirausaha juga dibutuhkan sikap jujur dan tekun. Jujur terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan pegawai-pegawainya. Tekun dalam mencari ide-ide baru yang lebih kreatif dari ide-ide yang sudah ada dan tekun dalam merintis usahanya yang baru akan mulai berkembang. Jika seorang wirausaha tidak jujur dan tidak tekun, bisa dipastikan wirausaha tersebut tidak akan berhasil dalam usahanya.

8.      Memiliki Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat dalam berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda, motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.      Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan atau kegagalan.
3.      Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4.      Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5.      Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diemban seorang wirausaha dirasa sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

9.      Memiliki Kreativitas Tinggi
Menurut Teodore Levite, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir tentang hal-hal baru dan berbeda. Oleh karena itu, menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir tentang sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru. Menurut Zimmerer dalam bukunya yang ditulis oleh Suryana (2003:24) dengan judul bukunya ‘Entrepreneurship and The New Venture Formation’, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang telah lama dan berfikir tentang sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari.

10.  Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, wirausaha juga tidak sesulit yang dibayangkan oleh kabanyakan orang, karena walau bagaimanapun setiap orang sedang dalam proses belajar berwirausaha. Setiap wirausaha harus selalu berkreasi dan berinovasi agar usahanya tetap berkembang meski menjamurnya saingan. Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam ‘intuisi’ yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. ‘Intuisi’ ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif yang dapat digunakan untuk berkreasi dan berinovasi.

11.  Selalu Memiliki Komitmen dalam Pekerjaan, Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang digelutinya. Dalam menjalankan usahanya tersebut, seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan memiliki semangat yang tinggi dalam mengembangkan usahanya. Ia tidak pernah setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, selalu bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digelutinya, wirausaha sehebat apapun pasti akan menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang wirausaha untuk memiliki komitmen terhadap usaha dan pekerjaannya.

12.  Mandiri atau Tidak Ketergantungan pada Orang Lain
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha dituntut untuk selalu menciptakan hal baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, seorang wirausaha hendaknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain agar ia dapat lebih berkreasi dan berinovasi dengan kemampuannya.

13.  Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.

14.  Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanajerial atau mengurus usaha yang sedang digelutinya. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, memvisualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan manajerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha. Tanpa itu semua, seorang wirausaha tidak akan mendapat keberhasilan, melainkan kegagalan.

Selain ciri-ciri, seorang wirausaha juga menunjukkan sifat-sifat yang selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya adalah sebagai berikut.
1.      Disiplin
Dalam melakukan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausaha meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausaha akan komitmen tersebut. Seorang wirausaha harus taat pada azas yang berlaku. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausaha memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausaha akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
2.      Berkomitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausaha terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausaha yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen akan memiliki nama baik di mata konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaiitu memperoleh laba yang diharapkan.
3.      Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausaha. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh seorang wirausaha.
4.      Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausaha harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada di pasar selama ini. gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
5.      Mandiri
Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa adanya ketergantungan ddengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Pada prinsipnya seorang wirausaha harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

6.      Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berfikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya. Banyak seorang calon wirausaha yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausaha tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan atau sumbang saran yang berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Dibawah ini adalah contoh sikap-sikap yang akan ditunjukkan oleh seorang wirausaha dalam kehidupannya sehari-hari.
1.      Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme.
2.      Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik, dan memiliki inisiatif.
3.      Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4.      Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5.      Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6.      Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
7.      Memiliki keyakinan bahwa itu sama dengan kerja keras.

Menurut Zimmerer, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan seorang wirausaha, diantaranya:
1.      Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2.      Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, ketrampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3.      Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4.      Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5.      Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6.      Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7.      Sikap yang kurang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi lebih besar.
8.      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa ternyata mendirikan atau mempunyai sebuah usaha atau bisnis tidaklah gampang dan tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi, kita harus tetap yakin bahwa kita pasti mampu melakukannya. Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?

Referensi: