Senin, 29 April 2013

Peluang Kewirausahaan


Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Misalnya, Richard Cantillon (1775) mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi, definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, Penrose (1963) berpendapat bahwa kegiatan kewirausahaan mencakup identifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi, sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas atau komponen fungsinya produksinya belum diketahui sepenuhnya. Dan menurut Peter Drucker, kewira-usahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Para wirausahawan mempunyai cara berfikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun dari luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘locus of controls’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of controls, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi, diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi dan keluarga.
Orientasi kewirausahaan menekankan pada peluang. “Saya akan mencari peluang, dan tugas administratif mendasar yang saya lakukan adalah mendapatkan sumber daya guna mengejar peluang tersebut.” Namun, seorang wirausahawan tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada (breaking new ground). Peluang juga dapat ditemukan melalui perpaduan dari ide-ide yang sudah ada atau di dalam aplikasi kreatif dari pendekatan-pendekatan tradisional. Tekanan-tekanan yang mencari peluang-peluang baru dipicu oleh peluang-peluang yang semakin menghilang. Tidak mungkin lagi meraih kesuksesan dengan hanya semata-mata menambahkan pilihan-pilihan baru terhadap produk-produk lama. Juga terjadinya perubahan yang cepat dalam bidang teknologi, selera pelanggan, nilai-nilai sosial, serta peran-peran politik.
Seorang wirausahawan tidak cukup hanya memiliki sifat kreatif dan inovatif, tetapi bersedia untuk mengambil tindakan dalam kerangka waktu yang sangat singkat serta memanfaatkan peluang dengan cepat. Barangkali tindakan yang diambil tidak selalu efektif, namun mereka mampu untuk mengikatkan diri dalam komitmen dengan cara-cara yang sedikit revolusioner. Hanya semata-mata berani mengambil resiko tidak akan berujung kepada kesuksesan. Faktor yang lebih penting bagi kesuksesan seorang wirausahawan adalah pengetahuannya seputar area yang menjadi wilayah operasinya. Karena telah akrab dengan lingkungan area yang dipilihnya, mereka memiliki kemampuan untuk mengenali pola-pola tertentu pada saat pola-pola tersebut terbentuk, serta keyakinan diri untuk menemukan elemen-elemen yang hilang.
Menurut Timmons, ciri peluang bisnis adalah atraktif, tahan lama, timing yang tepat, serta terkait dengan produk dan layanan yang menciptakan nilai bagi pelanggan atau pengguna akhir. Agar sebuah peluang memiliki ciri-ciri tersebut, maka window of opportunity harus terbuka untuk jangka waktu yang relatif lama, feasible, memberi keunggulan kompetitif, dan tentu saja menguntungkan dengan return yang menjanjikan. Wirausahawan adalah seorang yang optimis. Pada saat orang lain menganggap suatu hal sebagai masalah, maka seorang wirausahawan justru melihatnya sebagai sebuah peluang.
Beragam jenis peluang muncul sebagai hasil dari perubahan situasi, yang tidak jarang mengakibatkan kekacauan, kebingungan, persaingan, kesenjangan informasi dan pengetahuan, serta berbagai kekosongan lainnya dalam sebuah industri atau pasar. Kemampuan melihat peluang merupakan ketrampilan tersendiri, yang untuk menguasainya terntu saja diperlukan latihan secara terus-menerus. Dalam rangka melatih mental guna mengenali peluang-peluang bisnis yang ada, Anita Roddick, pendiri Body Shop Inc., menyarankan para calon wirausahawan untuk bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut.
1.      Produk apa atau layanan apa sajakah yang menjadikan kehidupan saya lebih mudah dan lebih menyenangkan?
2.      Apa yang membuat saya merasa jengkel dan marah?
3.      Produk atau layanan apa sajakah yang akan mampu mengatasi perasaan jengkel dan marah tersebut?
Dalam hal ini, Roddick mengisyaratkan bahwa salah satu cara paling mudah untuk mengenali peluang bisnis adalah dengan pertama-tama melihat kepada diri sendiri. Peluang inilah yang disebut oleh Marrioti, DeSalvo, dan Towle dengan peluang internal.
Marrioti dan kawan-kawan berpendapat bahwa kita bisa melatih fikiran kita untuk mengenali peluang yang ada dengan cara memikirkan empat akar peluang, yaitu:
a.      Masalah. Bisakah diciptakan sebuah bisnis yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh diri sendiri maupun oleh orang lain?
b.      Perubahan. Setiap perubahan dapat menciptakan peluang bisnis, seperti perubahan dalam peraturan, situasi, maupun trend.
c.       Penemuan. Walaupun tidak menemukan sesuatu, namun seorang calon wirausahawan dapat mencari cara yang kreatif untuk menjual atau memasarkan sebuah penemuan baru. Bahkan mungkin dapat menjadi orang pertama dalam komunitas yang membuat penemuan baru.
d.      Kompetisi. Jika tidak menemukan cara untuk mengalahkan pesaing, wirausahawan dapat menciptakan sebuah bisnis yang berhasil melalui produk dan layanan yang dimiliki. Dapatkah produk yang kita miliki dibuat lebih cepat, lebih murah, atau lebih andal?
Sejatinya peran dasar dari sebuah kewirausahaan adalah mengenali dan memanfaatkan peluang. Stevenson melihat peluang sebagai pengenalan dan pengakuan terhadap kondidi masa depan yang diharapkan melibatkan pertumbuhan atau perubahan. Disertai pula adanya keyakinan bahwa pencapaian kondisi tersebut memang memungkinkan.
Peluang diciptakan dan dibangun dengan menggunakan ide-ide serta kreativitas kewirausahaan. Ide-ide yang ada berinteraksi dengan dunia nyata serta kreativitas kewirausahaan pada suatu titik waktu. Hasil dari interkasi ini adalah sebuah peluang bisnis. Hanya seorang wirausahawan yang memiliki kredibilitas, kreativitas, serta berani mengambil keputusanlah yang dapat berhasil memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Candu kesuksesan melekat kepada ketajaman untuk selalu melihat dan ‘menerkam’ peluang. Seorang wirausahawan harus memiliki ketrampilan untuk melihat peluang-peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Namun, sekadar melihatnya saja tidak akan berarti apa-apa. Seorang wirausahawan harus berperan sebagai implementor, yaitu kemampuan untuk memberikan perhatian pada hal-hal rinci, berorientasi operasional, serta mengurusi perusahaan. Seorang wirausahawan tidak cukup hanya memiliki kreativitas dan inovasi. Ia harus memiliki komitmen, bersedia mengambil tindakan dalam kerangka waktu yang sangat singkat serta mengejar peluang dengan cepat.
Kebanyakan orang menganggap bahwa berwirausaha adalah hal yang sulit, benarkah demikian? Jika menurut sebagian besar orang menganggap bahwa menjadi seorang wirausahawan adalah yang sulit, mungkin memang benar. Akan tetapi, bagaimana dengan pendapat sedikit orang yang mengatakan bahwa berwirausaha adalah sesuatu hal yang mudah? Itu juga bisa jadi benar. Untuk menjelaskan kedua hal yang sangat berbeda tersebut, mari kita lihat contoh pengalaman berikut ini.
Pengalaman 1
Bambang adalah seorang anak yang pandai dalam hal berhitung. Menurutnya bahwa berhitung tidaklah sesulit seperti anggapan kebanyakan orang. Menurutnya, berhitung adalah hal yang mengasyikkan. Apakah rahasia Bambang si anak pandai berhitung ini? Tidak ada. Bambang hanya menguasai dan memahami konsep dasar dalam berhitung.

Pengalaman 2
Berbeda dengan Bambang, Budi justru sangat tidak menyukai berhitung. Bahkan menghitung angka sederhana pun dia tak mampu. Menurutnya berhitung adalah hal yang paling sulit di dunia. Mengapa? Karena Budi tidak paham akan konsep berhitung. Hanya itu. Budi tidak paham dengan konsep dalam berhitung.

Dari kedua contoh pengalaman di atas, kita dapat menyimpulakan bagaimana bisa ada dua pendapat yang sangat berlainan. Hal tersebut hanya karena masalah paham atau tidak paham dengan konsep berwirausaha.
Seorang wirausahawan harus dapat mempelajari dinamika kehidupan masyarakat dan menciptakan peluang, yaitu dengan cara mempelajari (SWOT):
1.      Adakah kekuatan (strength) yang mendukung usaha.
2.      Kelemahan (weakness) yang membatasi atau menghambat usaha.
3.      Dimana ada peluang (opportunity).
4.      Apa saja yang mengancam (thread) usaha.

Menurut Dr. D. J. Schwartz, ada 5 tata cara dalam memanfaatkan peluang bisnis, yaitu:
1.      Percaya dan yakin bahwa usaha bisa dilaksanakan
Mempunyai sikap optimis adalah suatu keharusan bagi seorang wirausahawan. Itu sebabnya seorang wirausahawan harus percaya dan yakin bahwa dirinya dapat dan mampu menjalankan atau melaksanakan sebuah usaha.
2.      Jangan hadiri lingkungan yang statis akan melumpuhkan pikiran wirausaha
Jangan sekali-sekali seorang wirausahawan muda dan baru dalam dunia kewirausahaan memasuki lingkungan yang dapat melumpuhkan pikiran wirausaha karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang enggan menjadi seorang wirausahawan adalah faktor lingkungan.
3.      Setiap hari bertanyalah pada diri sendiri ‘bagaimana saya dapat melakukan usaha dengan baik?’
Pertanyaan seperti itu bisa menjadi cambuk bagi seorang wirausahawan yang lalai dalam tugasnya. Jika terbiasa menanyakan pertanyaan retorik seperti di atas, maka wirausahawan tidak akan pernah lengah dalam menjalankan usahanya.
4.      Bertanyalah dan dengarkanlah
Sebagai seorang yang merasa punya segalanya setelah menjadi wirausahawan, terkadang seorang wirausahawan tidak pernah menanyakan kepada orang lain bagaimana pendapat mereka atau apa saran mereka agar usahanya tetap berkembang. Ada baiknya wirausahawan bertanya pendapat orang lain dan meminta kritik dan saran pada mereka agar usahanya tetap berkembang.
5.      Perluas pikiran anda
Cara ini berguna agar seorang wirausahawan tidak mempunyai pandangan yang sempit tentang suatu masalah sehingga membatasi kreativitasnya. Memperluas pikiran juga bisa menambah daya imajinasi yang akan berdampak pada kreativitas.
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.

Peluang Kewirausahaan di Indonesia
Pada tahun 2006, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM) menyerap 80% tenaga kerja serta menyumbang 62% dari PDB (di luar migas). Sekilas, data tersebut memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa.
Terlebih lagi ditambahkan dengan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) yang menunjukkan bahwa pada tahun yang sama, di Indonesia terdapat 19,3% penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam mengembangkan bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan). Ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah Philipina (20,4%) dan di atas China (16,2%) serta Singapura (4,9%).
Namun di sisi lain, data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan masih terdapat 11 juta penduduk Indonesia masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Fakta-fakta tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa kewirausahaan di Indonesia tidak dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kesejahteraan bangsa.
Padahal seorang pakar kewirausahaan, David McClelland mengatakan bahwa jika 2% saja penduduk sebuah negara terlibat aktif dalam kewirausahaan, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan sejahteran. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Profesor Edward Lazear dari Stanford University yang mengatakan bahwa wirausahawan adalah pelaku paling penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini.
Dengan adanya artikel tentang kewirausahaan di Indonesia, seharusnya masyarakat Indonesia lebih banyak yang tergugah untuk melakukan kegiatan kewirausahaan karena telah banyak orang lebih dulu sukses dalam berwirausaha. Sebenarnya, Indonesia adalah negara terkaya dan serba ada. Dan tugas kita sebagai penduduknya untuk mengolah dan memanfaatkan apa yang telah ada menjadi barang yang lebih berguna. Lebih menyukai produk dalam negeri daripada produk luar negeri akan membantu para wirausahawan dari dalam negeri.
Menurutku, peluang wirausaha di Indonesia lebih banyak daripada di negara lain. Negara kita adalah negara yang serba ada dan sumber daya manusianya juga tidak kekurangan daya imajinasi. Hanya niat dan tekad yang bulat yang kita butuhkan untuk menjadi seorang wirausaha.

Referensi:
4. http://bisnisdagangusaha.blogspot.com/2010/01/quo-vadis-kewirausahaan-di-indonesia.html#more

3 komentar:

  1. makasih , dengan ini saya mendapatkan pengetahuan yang luas tentang kewirausahaan.

    BalasHapus
  2. makasih,.bnyk
    sngt bermanfaat skali..

    BalasHapus
  3. makasih buat informasi ini membantu saya mengerjakan tugas MAKUL Kewirausahaan ;)

    BalasHapus